Misteri Batu Semar Raksasa Di Alun Alun Bojonegoro
Misteri Batu Semar Raksasa Di Alun Alun Bojonegoro – Batu berukuran 5×4 meter dengan tinggi 4 meter yang disebut batu semar atau batu beluk kini sudah tak lagi menancap kokoh di pinggir jalan desa setempat. Batu itu telah berhasil diangkat serta dinaikkan truk trailer. Selanjutnya batu itu akan di bawa untuk diletakkan ke Alun alun Bojonegoro sebagai prasasti.
Misteri Batu Semar Raksasa Di Alun Alun Bojonegoro
Berikut adalah Misteri Batu Semar Raksasa Di Alun Alun bojonegoro
Namun tidak mudah untuk mengangkat batu dengan berat sekitar 50 sampai 60 ton itu. Karena selain medan yang sulit, ada sisi mistis yang menyelimuti batu raksasa tersebut. Konon, menurut cerita warga setempat, batu tersebut telah berusia ratusan tahun.
Meski sudah berusia ratusan ribu tahun, Misteri Batu Semar Raksasa tidak dituakan oleh warga sekitar. Karena itu, warga setempat tak pernah menggelar ritual di batu tersebut. Kalupun ada yang lelaku itupun rata rata orang dari luar daerah. Namun demikian, pada proses pengangkatan Batu Beluk timbul sejumlah peristiwa aneh di luar nalar manusia. Salah satunya terputusnya tali baja pada mesin crane ketika sedang mengangkat batu tersebut.
Peristiwa itu berlangsung saat tanah sekitar Batu Beluk sudah digali sedalam sekira satu meter untuk memudahkan mesin crane mengangkatnya. Namun justru yang terjadi batu menancap semakin kuat seperti tidak mau diangkat. Beberpa kali operator crane mencoba mengangkat batu tersebut dengan kawat baja yang dikaitkan pada batu.
Hasilnya, batu tetap tidak bisa dipindahkan ke trailer. Sempat terangkat setinggi sekira 20 centi meter (CM), batu kembali jatuh karena kawat baja terputus. Sehingga menimbulkan suara cukup keras diserta dengan gempa di sekitar lokasi.
Padahal, secara logika, seharusnya crane itu bisa mengangkat Batu Beluk. Karena kekuatan crane melebihi dari berat batu. Melihat kejanggalan itu, akhirnya sejumlah paranormal dan kyai didatangkan untuk membantu melihat hal gaib yang ada di Batu Beluk. Mereka melakukan ritual setiap tengah malam mengeliling batu. “Kemarin ada sekitar 15 paranormal dan kyai yang melaksanakan ritual di sini,” ujar Priyono, mengungkapkan.
Dalam ritual itu paranormal mengaku melihat ada penunggu (mahkluk halus) di Batu Beluk. Penunggunya bukan hanya satu, melainkan banyak. Beberapa syarat pun dilakukan dalam ritual. Di antaranya menggelar selamatan dengan memenuhi sesaji seperti jajanan pasar, kembang setaman, serta pembakaran dupa. “Bahkan ada paranormal yang sempat memperoleh batu akik. Katanya ada banyak batu akik di Batu Beluk itu,” ucap dia.
Usai ritual, proses pengangkatan pun kembali dilanjutkan. Hasilnya tetap gagal. Bahkan mesin crane mengalami kerusakan. Akhirnya didatangkan lagi satu mesin crane ke lokasi dan batu Beluk baru bisa diangkat serta dinaikkan ke trailer.
Pengangkatan batu ini sendiri memerlukan waktu sepuluh hari.
Salah satu paranormal mengaku tidak bisa memindahkan semua penunggu di batu itu. Masih ada satu penunggu yang tidak mau dipindah, dia ialah raja yang menghuni batu raksasa itu, dalam komunikasi yang ia lakukan, sang penghuni ingin terus menunggu batu itu. Tapi, lanjutnya lagi, dia sudah berjanji tidak menggangu manusia bila batu itu diletakkan di Alun alun.
Sukses mengangkat ke truk trailer, gangguan gaib pun terus mengiringi perjalanan pengangkutan Batu Beluk menuju Alun alun Bojonegoro yang berjarak sekira 70 kilo meter (Km). Yakni ketika perjalanan baru mencapai dua kilo meter dari lokasi pengangkatan, trailer yang mengangkut Batu Beluk macet.
Akhirnya ritual pun kembali dilakukan di tempat itu. Setelah ritual, kepala trailer diberi sebuah sapu kerik (dari daun kelapa) oleh para normal serta kyai. Konon, sapu kerik ini untuk mengusir para mahkluk halus yang ingin ikut menempel di Batu Beluk.”Kepala truk gak kuat menarik beban. Akhirnya dihentikan sementara. Ini lebih karena medannya yang sulit, penuh tanjakan serta berliku,” terang salah satu Konsultan proyek pengangkutan Batu Gondang, Kordianto.
Kendati banyak kendala, batu besar tersebut akhirnya sampai juga di Alun-alun Kota Bojonegoro, batu raksasa yang proyek pengangkutannya menelan biaya hingga Rp280 juta itu dijadikan prasasti yang diletakkan di Alun-alun Sebelah timur tepatnya di depan pintu gerbang Kantor Pemerintahan Bojonegoro persis seberang jalan Pendapa Pemkab.
Dalam prosesnya melibatkan beragam alat berat untuk mengusung batu dari lokasi semula menuju alun alun. Menurut masyarakat sekitar bentuk batu yang menyerupai tokoh wayang “Semar” itulah yang menjadi alasan penamaan batu tersebut. Konon Batu Semar mempunyai hubungan spiritual dengan penguasa Gunung Pandan yang bernama Eyang Gendro Sari.
Sebelumnya tiap malam 1 Suro, atau malam 1 Muharam batu tersebut dipakai untuk melaksanakan ritual. Bahkan kebanyakan pelaku ritual berasal dari luar kota Bojonegoro. Dengan ada kepercayaan ini, pada saat pemindahan batu juga dilaksanakan beragam ritual sebagai bentuk permintaan izin terhadap roh ghaib yang berada di dalam batu.