Cerita Misteri Pengalaman Menginap Di Rumah Sakit
Cerita Misteri Pengalaman Menginap Di Rumah Sakit – Selamat Malam
Hai saya Raka, kali ini saya akan bercerita tentang sebuah rumah sakit di Sumedang.
Dimana saya diminta untuk menginap menemani sahabat saya yang kala itu bapaknya sedang dirawat pasca operasi jantung.
Dani namanya, Dani sahabat karib saya dan kedua adiknya perempuan bernama Winda dan Windi. Winda ini satu kampus dengan saya, sedangkan Windi masih kelas 1 SD.
Baca Juga : https://juraganmumut.com/cerita-misteri-hantu-rumah-kosong/

Sedikit saya kasih gambaran rumah sakit yang ditempati bapaknya Dani jadi deretan kamarnya itu terdiri dari kamar 1, 2, 3 dan 4, kami ada di ruangan 2 sedangkan ruangan 3 di sebelah kami itu kosong, dan lupakan saja ruangan 1&2 kamar itu sudah terisi.
Saya hanya akan bercerita tentang ruangan 2 di mana tempat bapaknya Dani dirawat, dan deretan kamar tersebut adalah kamar terbaik di rumah sakit sebut saja VVIP, di dalamnya ada ruangan untuk menerima tamu dan balkon.
Ya jadi balkon itu jadi tempat saya dan Dani habis kan waktu dengan berbincang ngalor ngidul, pasti dengan kopi dan cemilan cemilan warung.
Oke saat itu belum terlalu malam sekitar jam 8.30, ya sebenarnya jam besuk itu sudah habis dari jam 8 malam, karena maksimal penunggu Pasien itu kan dua orang.
Jadi Winda dan Windi harus pamit, Tapi sebelumnya karena kami lapar kami minta tolong Winda untuk membelikan nasi goreng di depan rumah sakit, Winda pergi menuruti kakaknya yang sedang kelaparan.
Windi pun ikut sambil lari-lari kecil gitu, Ya emang Windi ini anaknya aktif dan nggak ada capeknya, nggak lama Winda kembali ke ruangan kami dengan dua bungkus nasi goreng tentunya, tapi sendirian masuk ruangan dan heran, Winda nanya ke mana Windi?
Windi memang belum masuk ruangan ini gitu, karena setahu Winda tadi Windi lari duluan dan masuk ke ruangan ini!
Kita panik dong, Dan kita mulai beranjak keluar mencari Windi. Beberapa menit dan kami sudah mencari beberapa tempat nggak ketemu akhirnya kami nyerah.
Kita sepakat untuk meminta bantuan pihak rumah sakit, tetapi agak sayup-sayup kita dengar suara Windi, seperti menjerit sambil nangis, sambal kedua kakaknya. “Aa sama teteh, Aa Teteh”.
Terdengar seperti di ruang no 3, ruangan sebelah kami yang kosong, kami tentunya coba masuk ke ruangan tapi terkunci anehnya, Jadi kami coba masuk dari balkon, jadi di belakang ruang 3 itu ada balkon yang yang sama dengan ruangan kita, dan Alhamdulilah dari balkon itu ada pintu masuk menuju ruangan dan pintunya tidak terkunci ke ruang no 3, Danipun masuk, dan melihat winidi sedang menangis di pojok ruangan no 3, lalu dani pun menggendong Windi yang sedang menangis dan Kami bertiga mencoba untuk menenangkannya, memang kami Sengaja tidak bertanya kepada Windi, dan tidak membuat keributan, karena Ayah dani sedang beristirahat. Tetapi nangisnya tidak mau berhenti malah menjadi-jadi dan mengingat jam besuknya juga sudah habis, akhirnya Winda membawa windi pulang tanpa pamit ke Bapaknya, karena memang bapaknya sedang tidur saat itu.
Peraturan di rumah sakit memang mengizinkan hanya dua orang saja yang bisa bermalam untuk menunggu pasien, jadi saya dan Dani yang menjaga di rumah sakit.
Akhirnya kami menyantap nasi goreng yang tadi sudah di beli oleh winda, sambil mengobrol, kenapa dan bagaimana windi bisa ada di ruangan sebelah tetapi pintunya terkunci. Tetapi kami berfikir mungkin windi tadi masuk ke kamar yang salah dan kami tidak memperpanjang masalah itu pun dan kembali menyantap nasi goreng dengan lahap.
Dinginnya malam ini, waktu mulai larut menunjukan waktu jam 11.30, dari arah luar balkon adalah parkir mobil, Jadi kami bisa melihat langsung walaupun remang-remang, beberapa pengunjung rumah sakit yang datang dan pergi memakai mobil.
Tetapi ada mobil yang menarik perhatian saya, sebuah mobil Kijang tipe tua, yang datang ke tempat parkiran dan turun serombongan orang yang mulai masuk ke area Rumah Sakit.
Tidak lama selang 15 menit kemudian, kami mendengar beberapa orang yang memasuki ruangan sebelah, ruangan kamar tempat dimana kami menemukan Windi tadi.
Kami seneng, karena jadi tidak terlalu sepi dan kami juga mendengar beberapa perbincangan dari balkon kamar 3, yang hanya tersekat tembok, suaranya memang samar tapi rame kedengarannya, lama-kelamaan perbincangan yang kami dengar itu semakin sayup dan menghilang, hanya tersisa suara orang mendengkur, seperti orang yang capek sekali sampai suaranya terdengar oleh kami berdua.
Esok harinya, pagi-pagi winda sudah datang dan membangunkan kami, menjelang siang setelah kunjungan dokter bapak Dani, kabar baik kami dengar dari dokter, karena bapak dani sudah bisa pulang. Dengan bahagia kami segera berkemas untuk segera pulang ke rumah. Windi berkemas untuk barang-barang yang akan di bawa pulang, saya dan dani menuju ke lobby untuk menyelesaikan administrasi dan obat yang akan di bawa pulang.
Sampai lah kami di ruang administrasi, singkat cerita, waktu itu Dani sedang menandatangani beberapa berkas, saya hanya bisa melihat di sekitar ruangan admin, tepat di sebelah kiri tembok ruang administrasi.
Saya melihat whiteboard, di whiteboard ini tertulis tabel-tabel kotak-kotak dengan berbagai keterangan.
Tertulis ruang no 1, kemudian nama pasien, kemudian ruang no 2 nama pasien yang di saat itu pasiennya adalah bapaknya Dani. Tetapi ruang no 3 disilang, “eh huruf x, disilang itu ya” saya berkata di dalam hati Dan ruang no 4 nama pasien.
Tapi sebentar ruang no 3 silang, sontak saya reflek bertanya ke staff admin nya,
“Mas itu maksudnya apa ya ruangan no 3 kok di silang gitu, dikasih tanda silang”
Terus adminnya jawab dengan santai, “yang itu mas”, (sambil menunjuk ke whiteboard). Ruangannya sedang direnovasi mas, sudah 3 hari tidak dipakai.
Saya langsung menatap Dani dengan rasa kaget, begitupun sebaliknya dani melihat dengan wajah yang bingung.
Saya pun langsung bertanya kembali,
“loh tadi malam kan ada orang yang datang ke kamar no 3 ini, kami berdua mendengernya”
Si adminnya menjawab dengan santai,
“enggak ada Mas”
Kami saling tahu isi hati masing-masing, dengan di brondong banyak pertanyaan di dalam pikirian kami.
Dalam pikiran saya “Jadi siapa rombongan semalam, Siapa yang berbincang di sebelah ruangan, Siapa yang mendengkur keras sampai kami itu tertawa mendengarnya”.
Kamipun tidak banyak bicara setelah mendengar jawaban dari si admin.
Setelah selesai kami pun bergegas langsung pulang, setelah sampai rumah Dani.
Winda, menceritakan semuanya mengenai kejadian, kenapa windi bisa ada di dalam ruangan no 3 pada malam itu.
Jadi waktu itu windi berjalan duluan sambil berlari dan kemudian salah masuk kamar, Anehnya, kenapa windi ini bisa membuka pintu depan ruangan no 3 itu, karena waktu itu saat kami mencoba untuk masuk mencari windi, pintu itu terkunci.
Setelah masuk, windi bertemu seorang nenek rambutnya putih, kata windi, pakai baju adat. Mungkin maksudnya windi, baju kebaya.
Nenek itu berdiri menyambut Windi dengan senyum dan berkata “
“sini nak main sama cucu nenek”
Windi pun menurut masuk ke dalam, tetapi setelah masuk dalam ke ruangan itu dan windi melihat di kasur pasien tidak ada siapa-siapa, dan nenek itu pun tiba-tiba menghilang, karena merasa sendirian dalam ruangan, Windi pun berteriak dan menangis sambil memanggil kedua Kakaknya.
Saya dan dani pun tidak banyak cerita kepada winda apa yang terjadi waktu malam itu, cukup hanya kita menjadi kan pengalaman mistis untuk kita berdua.
Jadi itu sih ceritan singkat saya dan satu hal yang saya ingat manusia memang mengenal jam besuk tapi tidak dengan MEREKA.
wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh