Cerita Misteri Hantu di Pabrik Teh
Cerita Misteri – Kemistisan dan keangkeran tempat dimana kita bekerja terkadang terpaksa harus kita dihadapi. Eksistensi dari dimensi lain, sesekali menghadirkan sosok-sosok yang ngeri.
Perkenalkan nama saya wildan, saya adalah seorang buruh kasar yang berkerja di pabrik teh, yang kini pabriknya telah berhenti beroprasi.
Malam ini, saya akan bercerita tentang pengalaman pribadi saya, tentang seramnya pabrik tempatnya saya bekerja dahulu semasa saya masih bujang. Pada tahun 2006 peristiwa ini terjadi.
Suara itu terdengar kembali lagi, walaupun sudah pernah mendengar sebelumnya, tetapi tetap saja saya terkejut, tetap selalu menoleh ke arah pintu walaupun sudah tahu masih dalam keadaan yang tertutup.
Baca Juga : Urban Legend Terowongan Casablanca

Gesekan suara sapu ijuk di lantai, yang menggusur debu serta kotoran, seperti membersihkan lantai.
Suara sapu ini mungkin akan terdengar seperti biasa saja bila siang hari, tetapi beda ceritanya bila terdengarnya di saat tengah malam seperti ini.
Suaranya pun semakin mendekat dan terus mendekat, menuju arah pintu gudang, dimana gudang itu adalah tempat saya beristirahat yang sedang mencoba untuk tertidur.
Perlahan saya memberanikan diri untuk bangkit dari posisi rebahan, kemudian saya mencoba duduk dan bersandar pada dinding. Gudang sangat gelap waktu itu, dikarena saya sengaja tidak menghidupkan lampunya, saat itu penerangan hanya mengandalkan lampu yang berada diluar yang cahayanya hanya masuk melalui kaca jendela.
Seperti biasa, sebelum-sebelumnya hanya berawal terdengar suara gesekan sapu ijuk di lantai, tetapi lama kelamaan suara ini terdengar seperti dekat dan terus mendekat, maka suara berikutnya mulai terdengar juga oleh saya.
Memang, saya mulai mendengar suara langkah kaki, seperti orang yang berjalan selangkah demi selangkah. Langkah ini terdengar seperti langkah kaki yang menggunakan sandal jepit atau sandal karet, sehingga ketika bersinggungan dengan lantai semen pabrik menimbulkan suara yang begitu khas terdengar,
“Keteplek, keteplek, keteplek..” kira-kira seperti itu.
Langkahnya memang sangat pelan, begitu juga dengan proses menyapunya, tentu saja membuat saya sungguh sangat tegang dan takut mendengarnya.
Udara di Bandung yang terbilang dingin, menjadi terasa makin dingin yang menusuk ke tulang yang membuat bulu kuduk ini berdiri.
“Memang ibu tua itu dulu bekerja di sini, sebagai tukang bersih-bersih. Ibu itu sudah lama banget kerja disini, mungkin sudah puluhan tahun. Sampai akhirnya dia meninggal 10 tahun yang lalu di karenakan penyakit yang dia derita. Mendengar dari temen-temen yang masuk shift malam, almarhum masih suka terlihat nyapu, mengelap, bahkan sampai mengepel.”
Yang terngiang-ngiang sebuah cerita pendek dari Adung, salah satu teman yang bekerja di pabrik ini juga dan Adung bekerja di sini sudahlah lama, sedangkan saya waktu itu masih baru sekitar lima bulan.
Adung bercerita tentang penampakan yang sering terjadi di area pabrik ini, salah satunya adalah hantu Ibu ini, yang sepertinya sedang saya dengar tengah menyapu di depan gudang, pekerja yang sudah meninggal lama.
Saya pun terus menajamkan pendengaran, mencoba menangkap suara yang terus terdengar.
Suara sapu ijuk dan langkah kakinya semakin jelas terdengar.
Detik-detik berikutnya adalah, ada suara lain yang sebelumnya belum pernah saya dengar, dan sungguh menyeramkan bagi saya waktu itu.
Terdengar suara perempuan, yang suaranya seperti sedang bergumam, tidak jelas. Gumamannya diselingi dengan tertawa kikih yang tertahan.
Ya allah, saya merasakan ketakutan dengan menyeramkan, posisi saya pun duduk semakin ke sudut ruangan.
Terus menerus saya memperhatikan pintu dan jendela, saya yakin waktu itu kalau sosok itu akan datang dari sebelah kanan saya, semestinya dia akan terlebih dulu lewat depan pintu kemudian ke arah jendela.
Sudah terdengar sangat dekat, perhitunganku dalam beberapa detik lagi dia akan sampai di depan gudang.
Dan benar, dari celah kecil di bawah pintu saya akhirnya melihat sesuatu.
Seiring dengan suara-suara yang menyeramkan, dari celah kecil itu saya bisa melihat sesuatu yang sedang bergerak, langkahnya perlahan sambil sesekali menyapu dan sapu ijuknya pun terlihat.
Sosok ibu sekarang sedang berada persis di depan pintu!
Suara gumamannya semakin jelas terdengar, dengan di selingi suara tawa cekikikan sesekali.
Saya merinding dengan rasa takut menyelimuti diri, sedikit pun saya tidak berani untuk bergerak.
Ketakukan pun semakin menggila, ketika melihat dia secara tiba-tiba berhenti melangkah, lalu diam. Ibu itu sekarang diam berdiri di depan pintu.
Kemudian hening pun meraja, menguasai hawa dingin berbalut kengerian. Dalam diam saya pun menerka-nerka, apakah kiranya yang akan terjadi kemudian.
“Tok, tok, tok.”
Ada suara ketukan pintu,
Ibu itu mengetuk pintu!
Keringat dingin yang berjatuhan, membuat saya semakin meringkuk di sudut ruangan.
“Tok, tok, tok..”
Ketukan itu pun terdengar lagi,
Tidak, tidak sama sekali saya berniat untuk membukakan pintu, tidak ada nyali sedikit pun waktu itu.
Bait-bait doa yang ku coba baca terbata di dalam hati, saya sangat butuh pertolonganNya saat itu.
Hanya terdengar dua ketukan saja, selebihnya sepi kembali terjadi. Selama beberapa detik berlangsung seperti itu.
Tidak lama setelahnya, ibu itu terlihat bergerak kembali, melangkah menuju ke kiri, ke sebelah jendela kaca yang letaknya persis di sebelah pintu.
Jendela kaca ini memang cukup besar, berukuran sekitar dua kali dua meter, yang memanjang. Dari arah jendela ini memang terlihat dengan jelas semua yang ada di luar gudang, tidak terhalang apa pun.
Dengan pergerakannya seperti itu, saya sangat yakin kalau sebentar lagi dia akan berjalan persis di depan jendela, saya akan melihat dengan jelas sosoknya.
Memang benar, sekali lagi dugaanku, saya akhirnya melihat wujudnya dengan jelas.
Sosok seorang perempuan tua, dengan rambut panjang yang terikat ke belakang seperti sanggul, berpakaian dengan warna gelap.
Walau saya hanya bisa melihatnya sebatas pinggang, tetapi dengan jelas kalau dia memang sedang berjalan, dengan tangan yang memegang sapu.
Gumaman dan cekikikan pelan terus mengiringi pergerakannya.
Dengan tak berdaya saya terus memandang sosok seram itu.
Waktu terasa berjalan sangat lambat sekali, begitu lamanya dia berjalan di depan jendela.
Sampai akhirnya dia tidak terlihat lagi dari pandanganku yang terhalang oleh dinding dan dia tidak lagi berada di depan jendela kaca.
Dengan masih terdiam, saya menunggu dalam keheningan di selimuti dengan rasa takut yang tidak bisa diukur dan berharap cemas apa yang akan terjadi kemudian.
Ternyata tidak terjadi ada apa-apa, tidak terdengar suara apa pun dan tidak ada pergerakan. Saat itulah keberanianku mulai kembali timbul.
Perlahan saya coba untuk berdiri, lalu berjalan mendekati ke arah pintu. Setelah sampai di depan pintu, saya mencoba untuk mengintip jendela kaca sebentar dan memperhatikan ke luar, khawatir kalau sosok ibu tadi masih ada. Ternyata tidak ada apa-apa, hanya ruang mesin kosong yang jadi pemandangan.
Detik berikutnya pun, saya langsung membuka pintu, tanpa menoleh kiri kanan kemudian saya lari ke luar, meninggalkan gudang menuju pintu pabrik yang letaknya berada paling ujung di seberang.
Saya sama sekali tidak melihat sekitar, saya hanya terus berlari di celah-celah deretan mesin dan peralatan pabrik. Tujuannya hanyalah cuma satu, yaitu pergi ke pos satpam yang berada di gerbang depan.
“Hey, wildan, kenapa kamu?”
Pak ii, satpam pabrik yang sedang bertugas malam itu, menanyakan ketika saya sudah sampai di pos-nya.
Dengan mengatur nafas, saya pun mulai menceritakan semuanya, kejadian seram yang baru saja saya alami.
Pak ii pun hanya bisa senyum kepada saya dan berkata,
“tenang saja wil, memang si ibu itu suka menampakkan diri di waktu malam hari, tetapi dia tidak jahat Cuma terkadang suka sedikit iseng” dengan nada yang sedikit menahan ketawa.
Setelah kejadian itu, saya tidak pernah lagi tidur di mess yang berada di dalam pabrik dn menjadikan sebuah pengalaman yang mengerikan untuk saya alami kembali dan tidak ingin terulang kembali.
Terima kasih telah membaca cerita ini.
Selamat malam…
1 Response
[…] Baca Juga : Cerita Misteri Hantu di Pabrik Teh […]